Latar Belakang
Sejarah
Situngkir Raja adalah putra kedua dari Raja Silahi
Sabungan yang bermukim di Huta Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan,
Dairi. Menurut silsilah sejarahnya Situngkir Raja memiliki tiga putra yakni,
Sibagasan, Sipakpahan dan Sipangkar. Keturunan Sibagasan kemudian merantau ke
daerah Parbaba, di Samosir. Konon Op. Op. MARJOBU SITUNGKIR adalah keturunan
Sibagasan yang sempat bermukim di Paropo kemudian merantau ke Parbaba dan
membuka perkampungan Situngkir yang saat ini masuk dalam Wilayah Kecamatan
Pangururan, Kabupaten Samosir.
I.
PENDAHULUAN
Amanah orang tua, khusunya para leluhur, harus
dilaksanakan semestinya berdasarkan prinsip keimanan yang amanah turun temurun
dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umatNya untuk melaksanakan perintahNya sesuai
dengan Titah yang ke-5 Hormatilah Orangtuamu, supaya lanjut umurmu di tanah
yang di berikan TUHAN, Allahmu, kepadamu (Patik Palimahon mandok ingkon
pasangaponmu do natorasmu asa leleng ho mangolu di tano na nilehon ni Debata
tuho). Melaksanakan amanah tersebut merupakan tugas berat karena harus di
dasari prinsip mamelehon diri dalam nama Tuhan agar dapat berjalan dengan baik
dan mendapat berkat dan hikmat kepada semua . Salah satu keunikan budaya Bangso
Batak dibandingkan dengan etnis lain di
Nusantara adalah “Membuat dan Mamestahon Tugu Parsadaan, Patung Parsadaan dan
Tambak Parsadaan”, dan tradisi inilah yang akan dilaksanakan sebagai wujud
adanya Persatuan Pomparan Op. MARJOBU SITUNGKIR dari Desa Situngkir, Parbaba – Samosir.
Pembuatan Monumen/Patung merupakan suatu
Motivasi dan Inspirasi dari leluhur yang bersifat jangka panjang karena dapat
mempersatukan seluruh keturunan/Pomparan Op. MARJOBU SITUNGKIR diamanapun
berada.
Keturuna/Pomparan Op. MARJOBU SITUNGKIR dalam
kurun waktu ratusan tahun semenjak Paromasan Op. MARJOBU SITUNGKIR di bangun
telah banyak mengalami perubahan misalnya Populasi, Ekonomi, Pendidikan,
Sosial, Geography dan lain – lain, sudah saatnya membuat suatu acara Syukuran
tentang perjalanan sejak ratusan tahun silam dan membuktukan sebagai fakta
sejarah yang dapat di wariskan sepanjang masa.
Saat ini Pomparan Op. MARJOBU SITUNGKIR, perlu
mengevaluasi tentang “bagaimana cara Para Orangtua kita membangun
Monumen/Patung tersebut?” dengan dasar Keadaan Ekonomi dan Kekompakan ratusan
tahun yang lalu? Prinsip orang Batak adalah “Anakkon i do Hamoraon di au, dan
Sai anggiat ma palobihon anakna sian natorasna, apakah kita menyadari dan
melaksanakannya?. Makanya, patut kita tiru mengucapkan Puji Syukur secara
bersama di lokasi Paromasan Op. MARJOBU SITUNGKIR, agar PASU-PASU/BERKAT dari
Tuhan Yang Maha esa semakin berlimpah bagi Pomparan Op. MARJOBU SITUNGKIR
dimasa yang akan datang.
Selain acara Syukuran tersebut, juga menjadi
momen pentin untuk melestarikan Seni Budaya (Culture-art) Batak sebagai bagian
integral dari Pembangunan Nasional dalam rangka mewujudkan persatuan,
kesejahteraan masyarakat, mencerdaskan kehidupan berbangsa dengan dilandasi
kebersamaan kegotong – royongan, keserasian dan keadilan sesuai cita – cita dan
tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar